·
Pengertian Hari Suci
Hari suci keagamaan sering disebut hari
raya keagamaan atau hari-hari besar keagamaan. Hari Raya adalah hari yang
diperingati atau diistimewakan, karena berdasarkan keyakinan hari-hari itu
mempunyai makna atau fungsi yang amat penting bagi kehidupan seseorang baik
karena pengaruhnya maupun nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.
Sehingga dirasakan untuk perlu untuk diingat dan diperingati selalu.
Dengan merayakan atau memperingati hari
“Raya (Suci)” tersebut baik yang telah ditentukan atau dinyatakan dalam kitab
suci, atau menurut kepercayaan tradisionil hari tersebut akan memberi pengaruh
terhadap dirinya sehingga dirasakan sangat berkewajiban untuk diperingati.
·
Hakekat Hari Suci
1.
Sebagai Alat Meningkatkan Sradha Bakti
Hari suci umat Hindu sangat
diistimewakan dan dikeramatkan kehadirannya. Nama hari suci oleh umat Hindu di
Bali lebih dikenal dengan nama “Rerahinan”. Setiap rerahinan seluruh umat Hindu
menyibukan diri melakukan kegiatan keagamaan.
Semua itu diatur sedemikian rupa
sehingga menjadi sebuah aturan atau banten sebagai sarana Sradha dan Bhakti
pada hari suci. Suasana perayaan hari suci atau rerahinan itu sangat baik
apabila melalui sikap “Asuci Laksana” yang artinya mengkondisikan suasana diri
yang tenang, hening, dan suci serta eling kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Asuci
Laksana dapat dilakukan melalui hal berikut :
a. Menembangkan
nyanyian suci, kidung, kawitan, sekar alit,
b. Mendengarkan
Dharma Tula dan Dharma Wacana,
c. Berpakaian
sembahyang sesuai daerah masing-masing,
d. Megegambelan
gender, gong, bleanjur, dan lainya.
2.
Sebagai Alat Komunikasi Sosial
Hari Suci sebagai alat komunikasi sosial
dapat berfungsi sebagai peningkat hubungan dengan orang lain, baik kekerabatan,
persaudaraan dan dalam kemasyarakatan.
Pada perayaan hari suci yang lebih
besar, semua umat Hindu melakukan Sradha Bhakti ke tempat-tempat suci. Di
tempat suci itu kita bisa bertemu dengan banyak umat Hindu. Kita bisa saling
mengenal sebelum persembahyangan dimulai, bisa diskusi sastra (Dharma Tula) dan
dapat mendengan Dharma Wacana. Sedangkan begitu acara persembahyangan dimulai,
semua umat tertib dan hidmat melakukan persembahyangan.
3.
Hari Suci Sebagai Sarana Pendidikan Umat
Sebagai umat Hindu, hari suci keagamaan
selain dikeramatkan, juga dimanfaatkan sebagai media pendidikan secara langsung
ataupun tidak langsung. Dalam pengertian :
o
Secara Langsung, artinya seluruh umat diberikan ingatan-ingatan lewat Dharma Tula
dan Dharma Wacana. Isi Dharma Tula dan Dharma Wacana itu adalah hal-hal yang menyangkut
tata cara pelaksanaan dan makna hari suci yang dirayakan.
o
Secara tidak langsung, melalui
merayakan hari suci keagamaan, umat mendapat imbas atau aura kesucian dalam
berpikir, berkata dan berbuat.
·
Pengelompokan dan Jenis-Jenis Hari Suci
Umat Hindu mempunyai banyak tonggak
yang mengingatkan untuk selalu memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan segala
manifestasi-Nya. Tonggak-tonggak yang dimaksud adalah semua jenis hari suci.
Secara garis besar pedoman atau patokan yang dipakai untuk memperingati hari
raya keagamaan bagi umat Hindu dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.
Hari Suci Berdasarkan Sasih
Hari suci yang dilaksanakan setiap setahun sekali. Jenis
hari suci berdasarkan sasih mendapat pengaruh langsung dari India yang
pelaksanaannya disesuaika dengan keadaan alam di Indonesia. Adapun jenis hari
raya berdasarkan sasih, yaitu :
o
Hari Raya Siwa Ratri yang jatuh pada purwaning
tilem sasih kapitu.
o
Hari Raya Nyepi yang juga disebut Hari Raya
Tahun Baru Saka.
Kedua hari suci atau hari raya ini sangat khusus atau
spesial perayaannya oleh Umat Hindu di Indonesia sebab mengandung nilai
spiritual yang sangat tinggi.
2.
Hari Suci Berdasarkan Pawukon atau Wuku
Secara khusus ada lag hari raya keagamaan yang berdasarkan
pawukon (Wuku) yang dibedakan menjadi empat kelompok besar diantaranya :
a. Buda
Kliwon (Buda + Kliwon)
b. Tumpek
(Saniscara + Kliwon)
c. Buda
Cemeng atau Buda Wage(Buda + Wage)
d. Anggara
Kasih (Angara + Kliwon)
Masing-masing
kelompok terdiri dari enam hari raya. Jadi, dari 30 pawukon yang ada terdapat
sebanyak 25 jenis hari suci termasuk Hari Raya Saraswati.
No
|
Buda Kliwon
|
Tumpek
|
Buda Cemeng
|
Anggara Kasih
|
-
|
1
|
Sinta
|
Landep
|
Ukir
|
Kulantir
|
Tolu
|
2
|
Gumbreg
|
Wariga
|
Warigadean
|
Julungwangi
|
Sungsang
|
3
|
Dungulan
|
Kuningan
|
Langkir
|
Medangsia
|
Pujut
|
4
|
Pahang
|
Kerulut
|
Merakih
|
Tambir
|
Medangkungan
|
5
|
Matal
|
Uye
|
Menail
|
Prangbakat
|
Bala
|
6
|
Ugu
|
Wayang
|
Klawu
|
Dukut
|
Watugunung
|
·
Tujuan Pelaksanaan Hari Suci
Suatu hari suci perlu dilaksanakan dengan Sradha dan Bakti,
dengan penuh kepercayaan, keseriusan, kebahagian yang mencangkup didalamnya.
Oleh karena itu kesadaran spiritual manusia harus dilatih sejak kecil, dengan
jalan sebagai berikut :
1.
Shrawana, ialah membiasakan anak-anak untuk ikut
aktif dalam melaksanakan hari raya, sembahyang Tri Sandhya, sembahyang Purnama
Tilem, dan semahyang pada hari besar keagamaan, seperti pada waktu Galungan,
Kuningan, Pagerwesi, dan sebagainya.
2.
Kirtana, ialah mengajarkan kepada anak-anak
tentang cara dan makna berdoa serta puja stawa kepada Sang Hyang Widhi Wasa,
dan untuk mencapai tujuan ini haruslah adanya didikan oleh guru rupaka dan guru
penajian bagi anak itu.
Jadi, secara
singkat dapat dinyatakan tujuan dari pelaksanaan hari raya atau hari suci itu,
antara lain yaitu :
-
Untuk menyatakan Bhakti kehadapan Sang Hyang
Widhi Wasa, beserta manifestasi-Nya.
-
Sebagai usaha untuk membayar hutang kehadapan
Tuhan.
-
Untuk mendapat ketentraman lahir dan batin.
-
Menjaga kelestarian agama dan budaya yang
diwariskan oleh leluhur kita.
-
Untuk memantapkan pelaksanaan ajaran agama.
-
Sebagai ucapan syukur kehadapan Sang Hyang
Widhi.
·
Pelaksanaan Hari Suci Dalam Kehidupan Masyarakat
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya yaitu, pada hakikat hari suci, bahwa dalam hari suci tersebut umat
patut melakukan Asuci Laksana. Pelaksanaan hari suci tersebut merupakan upaya
umat Hindu untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa beserta semua manifestasi-Nya. Pelaksanaan hari suci itu termasuk secara
Naimitika Karma. Di samping Naimitika Karma, diwajibka pula dengan Nitya Karma
tiap-tiap hari melalui puja Tri Shandya dan Yadnya sesa serta mewujudkan sikap
saling asah, asih, asuh di masyarakat.
·
Pengaruh Hari Suci Keagamaan terhadap Sikap
Mental
Kalau kita renungkan, sesungguhnya luar
biasa orang-orang suci kita zaman dahulu. Karena beliaulah kita dapat mewarisi
budaya dan agama serta bentuk-bentuk pelaksanaan hari suci yang tidak pernah
pudar pelaksanaannya. Terlebih lagi di zaman sekarang ini umat Hindu di Bali
sangat menyadari dan meyakini adanya.
Dengan melaksanakasanakan hari suci ini
dengan hikmad dan memiliki rasa sadar dan keyakinan, menunjukan bahwa umat
hindu memiliki Sradha dan Bhakti dari seikap mentalnya.
·
Pengaruh Hari Suci Keagamaan terhadap
Peningkatan Sradha dan Bakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa
Umat Hindu wajib hukumnya untuk
merayakan hari suci sesuai dengan ketentuan yang ada. Dengan selalu kita
merayakan hari suci sekaligus wujud bhakti kepada Beliau, sehingga rasa eling
dapat dipertahankan di dalam jiwa. Hal ini akan menuntun kita pada perbuatan
benar atau dharma.
Pengaruh dari hari raya suci keagamaan
terhadap peningkatan sradha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi akan dapat
mewujudkan ketentraman, kemakmuran dan kesejahtraan umat manusia di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar