1.
PENDAHULUAN
Keberadaan Bhuana Agung dan Bhuana Alit ini tak lekang dari adanya Brahman. Proses penciptaan Jagat Raya beserta isinya ini terjadi pada kurun waktu yang disebut Srsti. Sedangkan ketika alam semesta ini meniada disebut dengan Pralaya atau Brahmanakta (malam hari Brahman). Brahman yang tunggal dan mengetahui semua hal ini sering disebut Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa.
Kapan
sesungguhnya alam semesta ini tercipta, sangat sulit dipastikan, mengingat
keterbatasan kemampuan dan umur manusia. Beberapa peneliti dan ilmuwan mencoba
untuk membuat teori tentang penciptaan alam semesta tetapi tidak satupun dapat
memastikan kapan alam ini tercipta. Menurut
susastra suci Hindu teori penciptaan jagat raya banyak diuraikan yang
jika dicermati dan dipelajari dengan penuh keyakinan maka alam semesta ini
mengalami keadaan dimana jagat raya ini pernah tidak ada, lalu ada, kemudian
tidak ada lagi, demikian seterusnya berulang-ulang.
2.
BHUANA
AGUNG
2.1
PENGERTIAN
BHUANA AGUNG
Bhuana agung juga disebut dengan
istilah Makrokosmos, jagat raya, alam besar, atau Brahmanda. Semua gugusan :
matahari, planet, bintang, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini
disebut Bhuana Agung.
2.2
TERJADINYA
BHUANA AGUNG
Menurut ajaran Agama Hindu, alam
semesta berasal dari Bhatara Siwa yang disebut juga Rudra, yaitu Tuhan Yang
Maha Esa. Prosesnya dimulai dari yang paling halus/gaib kemudian menjadi lebih
kasar/nyata. Disebutkan ada 12 tahapan dengan istilah “Tattwa rwawelas” yakni Bhatara
Siwa (Rudra), Sang Purusa (Brahman), Awyakta (Wisnu), Budhi yang bersifat
sattwa, Ahamkara yang bersifat rajah, Panca Tan Matra yang bersifat tamah,
Manah, Akasa, Bayu, Agni, Apah, dan Perthiwi.
Lapisan menuju ruang jagat raya
disebut “Sapta Loka” yang terdiri dari:
a)
Bhur Loka (alam
manusia)
b)
Bhuwah Loka
(alam pitra)
c)
Swah Loka (alam
dewa)
d)
Maha Loka
e)
Jana Loka
f)
Tapa Loka
g)
Satya Loka
(ruang vakum = Nirgunan Brahman)
Lapisan menuju inti Bumi atau
“Kalagni Rudra” disebut “Sapta Patala” yang terdiri dari :
a)
Atala
b)
Vitala
c)
Sutala
d)
Talatala
e)
Mahatala
f)
Rasatala
g)
Patala
Demikian Agama Hindu menjelaskan
tentang asal mula terjadinya unsur-unsur bhuana agung yang pada mulanya
bersifat sangat halus. Pada masa “Srsti” dievolusi oleh Tuhan sehingga menjadi
mengeras, dan pada saat “Pralaya” nanti diolah lagi oleh Tuhan untuk
dikembalikan pada sifat yang sangat halus itu melalui hukum-Nya yang disebut
dengan “Rta”.
2.3
UNSUR-UNSUR
BHUANA AGUNG
Proses terjadinya alam semesta
“Bhuana Agung” tersebut terdiri dari beberapa unsur, antara lain :
·
Sang Hyang Widhi
Asal mula dari alam semesta ini. Beliau berkeadaan
sunya (sepi), yang ada mutlak, absolut, kekal, abadi dan sangat abstrak.
·
Tapa
Pemusatan tenaga pikiran yang terkeram sehingga
menimbulkan panas yang memancar, dengan tapa Beliau menciptakan alam semesta ini
beserta isinya.
·
Sang Purusa
(Brahma)
Merupakan benih kehidupan. Beliau bersifat abadi
“nitya”, tidak dapat ditangkap dengan indriya, tidak dapat dibayangkan
“inangenangen”.
·
Awyakta (Wisnu)
Asas material, kebendaan, yang tanpa kejiwaan.
Awyakta merupakan Pradhana atau Prakerti sebagai sumber material.
·
Buddhi
Bersifat sattwam yang merupakan asas intelegensi
dari kesadaran.
·
Ahamkara
Bersifat rajah yang merupakan asas kesendirian
“individualis” yang bersifat mengaku lebih dan tidak mau merendah.
·
Manah
Alam pikiran yang gunanya untuk berpikir.
·
Panca Tan Matra
Panca Tan Mantra adalah lima benih unsur yang sangat
halus, terdiri dari :
a. Sabda Tan Mantra adalah benih suara
b. Rupa Tan Mantra adalah benih dari sari warna
c. Rasa Tan Mantra adalah benih sari rasa
d. Gandha Tan Mantra adalah benih sari bau
e. Sparsa Tan Mantra adalah benih sari raba, sentuhan
·
Panca Maha Bhuta
Setelah melalui proses evolusi yang amat panjang
maka lahirlah lima unsur yang lebih kasar yang disebut Panca Maha Butha yang
terdiri dari :
a. Akasa atau Ether timbul dari sabda dan sparsa tan
mantra : angkasa.
b. Bayu atau hawa timbul dari sabda dan sparsa tan
mantra : udara.
c. Teja atau panas timbul dari sabda dan rupa tan
mantra : matahari, api.
d. Apah atau cair timbul dari sabda, sparsa, rupa dan
rasa tan mantra : air.
e. Pretiwi atau padat timbul dari kelima unsur tan
mantra : tanah, batu.
2.4
SLOKA
PENCIPTAAN BHUANA AGUNG
Kitab suci weda dan sastra Agama
Hindu lainnya banyak menjelaskan tentang terciptanya alam semesta ini,
sloka-sloka tersebut antara lain :
“Idam wa agranaiwa kincit, sadwa saumnya idam agra asit, ekam eva
adwitya”.
(Chandogya Upanisad)
Artinya :
Sebelum diciptakan alam semesta ini
tidak ada apa-apa. Sebelum alam semesta diciptakan hanya Ida Sang Hyang Widhi
yang maha ada, Maha Esa tiada duanya.
“Asididam tamobhutamaprajnatam alaksam apratarkya mawijneyam
prasuptaniwa sarwatah”.
(Manawa Dharmasastra 1.5)
Artinya :
Alam Semesta ini pada mulanya
adalah bentuk kegelapan, tak dapat dilihat tanpa ciri-ciri sama sekali, tak kan
terjangkau oleh daya pikiran, tak dapat dikenali, seolah-olah sebagai orang
yang tenggelam dalam tidur yang paling nyenyak.
“Aprare’yam itas tvanyam Prakrtim viddhi me param, jivabhutam’dam
dharyate jagat”.
(Bhagawadgita
VII.5)
Artinya :
Inilah unsur alam-Ku yang lebih
rendah dan ketahuilah sifatku yang lebih tinggi. Oh Mahabahu, unsur hidup,
yaitu jiwa yang mendukung alam semesta ini.
3.
BHUANA ALIT
3.1
PENGERTIAN
BHUANA ALIT
Bhuwana alit adalah alam kecil
yaitu isi dari jagat raya atau alam semesta ini. Yang dapat kita kelompokkan
seperti bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia serta makhluk yang
lainnya.
3.2
TERJADINYA
BHUANA ALIT
Setelah
Ida Sang Hyang Widhi Wasa mencipakan alam semesta (Bhuana Agung) maka
berkehendaklah Beliau menciptakan isinya seperti manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan yang lainnya. Makhluk hidup diciptakan mulai dari yang
terendah sampai dengan makhluk hidup yang tertinggi.
Makhluk hidup yang diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa setelah terciptanya alam semesta ini dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu :
a.
Kelompok
Eka Pramana, yaitu makhluk hidup yang memiliki satu
kekuatan dalam hidupnya yakni Bayu. Makhluk hidup ini disebut “Sthawara”, yaitu
makhluk hidup yang tidak dapat berpindah-pindah seperti tumbuh-tumbuhan.
Yang
tergolong “Sthawara” adalah:
1)
Trana (bangsa rumput)
2)
Lata (bangsa tumbuhan menjalar)
3)
Taru (bangsa semak dan pepohonan)
4)
Gulma (bangsa pohon yang bagian luar
pohon bersangkutan berkayu keras dan bagian dalamnya berongga atau kosong)
5)
Janggama (bangsa tumbuhan yang hidupnya
menumpang pada pohon yang lain)
b.
Kelompok
Dwi Pramana, yaitu makhluk hidup yang dalam
hidupnya memiliki dua kekuatan yakni Bayu dan Sabda. Makhluk hidup ini disebut
Satwa atau Sato yaitu bangsa binatang yang pada umumnya bersifat buas, namun
diantaranya ada yang bersifat jinak terutama yang mendapat pendekatan secara
manusiawi.
Yang
tergolong Satwa atau Sato:
1)
Swedaya (bangsa binatang bersel satu)
2)
Andaya (bangsa binatang yang bertelur)
3)
Jarayudha (bangsa binatang yang
menyusui)
c.
Kelompok
Tri Pramana, yaitu makhluk hidup yang memiliki tiga
kekuatan dalam hidupnya yakni Bayu, Sabda, dan Idep. Makhluk hidup ini disebut
Manusya. Manusya atau manusia adalah makhluk yang paling sempurna karena telah
memiliki pikiran. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna
diklasifikasikan sebagai berikut:
1)
Nara Mega (manusia binatang)
2)
Wamana (manusia kerdil)
3)
Jatma (manusia yang paling sempurna)
Jenis-jenis
manusia antara lain:
1)
Manusia laki-laki (Purusa)
2)
Manusia perempuan (Pradana)
3)
Manusia banci
Manusia
sebagai makhluk tertinggi kelahirannya mengalami siklus yang panjang. Mulai
dari bayi dalam kandungan berkat pertemuan antara Kama Petak/Sukla dan Kama
Bang/Swanita. Kama Petak/Sukla adalah sel laki-laki atau sperma yang
disimbulkan dengan Sang Hyang Smara. Kama Bang/Swanita adalah sel wanita atau
telur/ovum yang disimbulkan dengan Dewi Ratih. Dalam Lontar Anggastyaprana,
pertemuan Kama Petak dengan Kama Bang disebut Sang Ajursulang. Sampai akhirnya
pertemuan tersebut membentuk sygote dan mengalami proses pertumbuhan dalam
rahim sang ibu yang semakin hari semakin membesar serta mengubah dirinya
sehingga akhirnya membentuk dan lahirlah seorang bayi “Bhuana Alit”.
Kelahiran manusia sebagai makhluk
hidup (Bhuana Alit) merupakan wujud yang mulia karena semuanya itu bersumber
dari Tuhan. Dengan demikian kita hendaknya mensyukuri dan mengabdikan diri demi
kepentingan dharma.
3.3
UNSUR-UNSUR
BHUANA ALIT
Bhuana Alit dan Bhuana Agung
diciptakan oleh Tuhan dengan unsur yang sama yaitu “Purusa” dan “Prakrti”.
Purusa menjadi jiwatman yang disebut sukma sarira atau lingga sasira. Sedangkan
Prakrti menjadi badan kasar atau Sthula sarira. Dalam menggerakan perbuatan
baik dan buruk Bhuana Alit (khususnya manusia) memiliki sepuluh indria yang
disebut Dasendriya, yang terdiri dari :
a.
Panca
Budhindriya, yaitu lima macam indriya yang terdapat pada manusia untuk
mengetahui sesuatu, terdiri dari sebagai berikut :
1.
Caksuindriya
(Indriya pada mata)
2.
Srotendriya
(Indriya pada telinga)
3.
Ghranendriya
(Indriya pada hidung)
4.
Jihwendriya
(Indriya pada lidah)
5.
Twakindriya
(Indriya pada kulit)
b.
Panca
Karmendriya, yaitu lima macam indriya yang ada pada manusia yang berfungsi
untuk melakukan sesuatu, terdiri dari sebagai berikut :
1.
Panindriya
(Indriya pada tangan)
2.
Padendriya
(Indriya pada kulit)
3.
Garbhendriya
(Indriya pada perut)
4.
Upasthendriya /
Bhagendriya (Indriya pada kelamin laki-laki dan perempuan)
5.
Payuindriya
(Indriya pada anus)
Sthula Sarira
terjadi sebagai akibat Panca Tanmatra yang berevolusi, berubah secara
perlahan-lahan menjadi Panca Maha Bhuta pada Bhuana Alit. Perubahan yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
a.
Sabda Tanmatra :
rongga dada, ronga mulit.
b.
Sparsa Tanmatra
: nafas, udara.
c.
Rupa Tanmatra :
panas badan (suhu), sinar mata.
d.
Rasa Tanmatra :
darah, lemak, kelenjar empedu.
e.
Gandha Tanmatra
: tulang, otot, daging.
Terkait dengan Sthula Sarira atau
badan kasar manusia disebutkan memiliki unsur-unsur lainya seperti berikut :
a.
Sad Kosa, yaitu
enam lapis pembungkus Sthula Sarira manusia yang terdiri dari asti (tulang),
Odwad (otot), Mamsa (daging), Rudhira (darah), dan Carma (kulit).
b.
Dasa Bayu atau
dasa Prana, yaitu sepuluh macam udara badan yaitu :
1.
Prana (udara
pada paru-paru)
2.
Samana (udara
pada pencernaan)
3.
Apana (udara
pada pantat)
4.
Udana (udara
pada kerongkongan)
5.
Byana (udara
yang menyebar ke seluruh tubuh)
6.
Naga (udara pada
perut)
7.
Kumara (udara
yang keluar dari badan, tangan dan jari)
8.
Krakara (udara
pada saat bersin)
9.
Dewadatta (udara
saat menguap)
10.
Dananjaya (udara
yang memberi makan pada badan)
Selain unsur-unsur tersebut,
terdapat lima macam unsur yang ada pada Suksma Sarira yang disebut “Panca
Mayakosa” yang merupakan unsur pembungkus Suksma Sarira manusia yang bersifat
sangat halus yaitu :
a.
Anamaya Kosa
(unsur pembungkus dari sari makanan)
b.
Pranamaya Kosa
(unsur pembungkus dari sari nafas)
c.
Wijnanamaya Kosa
(unsur pembungkus dari pengetahuan)
d.
Manomaya Kosa
(unsur pembungkus dari pikiran)
e.
Anandamaya Kosa
(unsur pembungkus dari kebahagiaan)
3.4
SLOKA
PENCIPTAAN BHUANA ALIT
Proses
terciptanya Bhuwana Alit dijelaskan oleh beberapa kitab dan sastra Agama Hindu,
antara lain :
“So’bhidyaya carirat swatsisrksur
wiwidhah prajah, apa ewasa sarja dan tasu bija mawa bijat”
(Manawa Dharmasastra 1.9)
Artinya :
Ya Tuhan yang menciptakan diri
darinya sendiri semua makhluk hidup beraneka ragam, mula-mula dengan
pikirannya, terciptalah air dan meletakan benih-benih kehidupan pada air itu.
“Mama yonir mahad brahma, tasmin garbham dadhamy aham sambhavah’
sarwabhutanam tato bhavati bharata”.
(Bhagawadgita XIV.3)
Artinya :
KandunganKu
adalah Brahma Yang Esa di dalamnya Aku letakan benih dan dari sanalah terlahir
semua makhluk, wahai Bharata.
4.
PRALAYA
BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT
Ketika alam semesta ini meniada disebut “Pralaya”
atau “Brahma Nakta” atau malam hari Brahma. Berdasarkan pendekatan agama “Alam
Semesta atau Bhuana Agung” beserta “isinya atau Bhuana Alit” diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa yang bergelar “Rudra” dan juga dikembalikan pada asalnya
oleh Beliau. Jika masa Srsti digabungkan dengan masa Pralaya maka disebut satu
hari Brahma atau satu “Kalpa”. Menurut perhitungan bahwa satu kalpa itu kurang
lebih 432 juta tahun, yang juga disebut dengan satu tahun Tuhan.
“Utsideyur ime loka, na kuryam karma ced aham, sankarasya ca karta
syam, upahanyam imah prajah”.
(Bhagawadgita III.24)
Artinya :
Jika Aku berhenti bekerja, dunia
ini akan hancur lebur, dan aku jadi pencipta keruntuhan memusnahkan manusia ini
semua.
Gambaran pada waktu
terjadinya “Pralaya” dapat dinyatakan sebagai berukut : Hancurnya ikatan
kesatuan api atau matahari “teja” lalu menyebar ke seluruh ruangan besar yang
mengakibatkan udara menjadi panas dan terus membara akibatnya “air” yang ada
menguap dan habis. Oleh karena itu, semua makhluk hidup akan mati dan hancur.
Zat logam atau batu”tanah” yang ada di bumi dan planet-planet lainnya hancur
menjadi cair dan menguap oleh panas yang dahsyat. Panca Maha Bhuta kembali
menjadi “atom-atom” dalam wujud yang amat sangat kecil sekali.
5.
HUBUNGAN
BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT
Bhuwana
Agung dan Bhuwana Alit memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain.
Hubungan itu dapat diuraikan minimal sebagai berikut :
a. Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
diciptakan oleh pencipta yang sama. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa
alam semesta ini diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi pada masa Srsti dan akan
kembali kepada-Nya pada masa Pralaya.
b.
Bhuwana Agung dan Bhuana Alit memiliki
unsur-unsur yang sama. Dalam proses penciptaan meskipun ada perbedaan waktu
antara penciptaan alam semesta dengan mahluk yang ada di dalamnya, tetapi
unsur-unsur pembentukannya adalah sama.
c.
Bhuwana Agung dan Bhuawana Alit saling
melengkapi. Mahluk hidup diciptakan
berada dan berkembang pada alam semesta. Alam dilengkapi dengan berbagai
ornament untuk kehidupan dan perkembangan mahluk hidup. Proses saling
melengkapi ini telah diatur dengan hukum Brahman ( Rta ). Untuk alam ditata dan
diatur dengan hukum alam, seperti rotasi bumi dan matahari, siklus perputaran
air ( hidrologi ), siklus perputaran musim dan sebagainya. Sedangkan manusia
ditata dan diatur dengan hukum karma yang didalamnya dibekali ilmu pengetahuan
dan ajaran agama. Dengan demikian alam akan melengkapi kebutuhan manusia dan
manusia erupakan bagian dari alam.
b. Bhuana
Agung dan Bhuana Alit saling mempengaruhi. Karena Bhuana agung dan bhuana alit
memiliki unsur-unsur yang sama maka dalam proses hubungannya akan saling
mempengarui. Pribadi, budaya masyarakat serta kegiatan fisik manusia sangat
dipengaruhi oleh alam. Alam memiliki unsur Triguna juga akan mempengaruhi semua
pribadi dan aktivitas manusia. Alam memiliki musim maka manusia akan mengatur
hidup dan fisiknya menyesuaikan dengan musim yang ada. Contoh sederhana manusia
menciptakan kalender untuk pengaturan bercocok tanam bagi masyarakat agraris.
Manusia menciptakan berbagai alat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi alam.
Sebaliknya segala aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi kondisi alam.
Kondisi sekarang dengan ulah sebagian manusia yang merusak alam dan membabat
habis hutan menyebabkan rusaknya siklus perputaran air. Pembangunan yang tidak
memperhitungkan tata lingkungan menyebabkan bencana alam banjir dan kebakaran.
Intinya bahwa aktivitas manusia dipengaruhi oleh alam dan sebaliknya aktivitas
manusia tersebut akan mempengaruhi alam.
Link download (ms. word 2007) : Download - Bhuana Agung dan Bhuana Alit.doc
Link download (ms. powerpoint 2007) : Download - Bhuana Agung dan Bhuana Alit.pptx
yeay!!!
BalasHapusMakasi...
HapusCil cang ngidih anggo tugas hahaa
HapusSipp... :D
Hapus